Wujud Peduli Budaya Islam, UIN Sunan Kudus Berpartisipasi dalam Buka Luwur
Sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian budaya Islam, UIN Sunan Kudus turut ambil bagian dalam rangkaian tradisi Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus tahun 1447 H.
Partisipasi tersebut ditandai dengan penyerahan secara langsung hewan kerbau oleh Rektor UIN Sunan Kudus, Prof. Dr. H. Abdurrohman Kasdi, Lc., M.Si., kepada pengurus Yayasan Masjid dan Makam Menara Kudus serta panitia Buka Luwur, Jumat pagi (4/7). Dalam kesempatan tersebut, Rektor didampingi oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama serta Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Kudus.
Rektor UIN Sunan Kudus, Prof. Abdurrohman Kasdi mengungkapkan bahwa partisipasi ini sebagai bentuk dukungan Seluruh Civitas Akademika UIN Sunan Kudus atas Terselenggaranya Rangkaian Haul Kanjeng Sunan Kudus sekaligus berharap berkah dari beliau, apalagi tahun ini menjadi momentum penting Transformasi IAIN Kudus menjadi UIN Sunan Kudus.
"UIN Sunan Kudus berkomitmen untuk mengangkat Citra dan Local Wisdom masyarakat Kudus. Sekaligus melestarikan peninggalan dan nilai-nilai yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Semoga partisipasi ini barokah dan manfaat. Aamiin," demikian harapnya.
Penyerahan hewan kerbau ini merupakan bagian dari bentuk sedekah kampus kepada masyarakat, khususnya dalam mendukung kelestarian tradisi keagamaan dan budaya yang telah berlangsung turun-temurun di Kudus.
Kyai Zainal Abidin, salah satu panitia Buka Luwur, menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada UIN Sunan Kudus.
"Terima kasih atas sedekah dari keluarga besar UIN Sunan Kudus yang telah berpartisipasi dalam Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus tahun 1447 H. Semoga UIN Sunan Kudus semakin sukses, selalu barokah, dan bermanfaat bagi umat Muslim, khususnya masyarakat Kudus," ungkapnya.
Tradisi Buka Luwur merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan dalam rangka haul Kanjeng Sunan Kudus, tokoh Wali Songo yang dikenal sebagai penyebar Islam di tanah Jawa. Dalam kegiatan ini, masyarakat secara gotong royong menyiapkan hidangan massal sebagai bentuk penghormatan dan syiar ajaran Islam.
Salah satu hidangan yang dibagikan kepada masyarakat dikenal dengan sebutan “sego jangkrik”—istilah khas warga Kudus yang merujuk pada nasi besek berisi olahan daging kerbau. Meski namanya terdengar unik, “sego jangkrik” tidak berisi jangkrik sungguhan, melainkan merupakan ungkapan lokal yang mencerminkan keakraban dan kekhasan budaya masyarakat Kudus dalam menyambut tradisi ini. Ribuan paket sego jangkrik akan dibagikan secara gratis sebagai bentuk sedekah massal dan simbol kebersamaan yang terus dilestarikan.